Kampus STT SAPPI

Kampus STT SAPPI

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 16 Maret 2014

Jurnal Refleksi Minggu 3



Jurnal Refleksi Minggu#3

Memulai dari Apa yang Ada Pada Diri Kita!
Setelah mempelajari materi minggu ke-3, Resource Management, banyak hal hal yang mulai tersingkap dengan apa yang dimaksud memulai dari apa yang ada pada saya sebagai modal pertama dalam mengembangkan usaha. Ternyata cakupan dari memulai apa yang ada pada kita sangat luas dan dikupas secara mendalam pada materi Resource Management ini.
Insight yang saya dapatkan untuk mendayagunakan resources yang ada adalah:
1.    Mengembangkan usaha tidak harus dipusingkan dengan mencari modal keluar, cukup dengan memulai dari apa yang ada pada kita, keahlian yang kita miliki, asset tidak berwujud yang kita miliki. Sehingga dengan prinsip memulai dari apa yang ada, kemudian dapat menterjemahkannya menjadi sebuah kebutuhan bagi konsumen. Inilah kerangka berpikir yang disebut berpikir efektuasi. Contoh yang berhasil dengan berpikir efektuasi ini adalah Ibu Martha Tilaar, yang memulai usahanya dari garasi rumah dan dengan modal usaha yang dikumpulkan dari anggota keluarga, dan memulainya dengan kehalian yang dimiliki dari menempuh sekolah kecantikan di Amerika Serikat dan dengan cara memasarkan yang sederhana. Kita tahu kelompok usaha Ibu Martha Tilaar hari ini sudah berkembang luar biasa.
2.   Dalam bisnis sedapat mungkin membuat struktur organisasi yang pendek dengan hirarki yang cukup   
      singkat.   
3.   Membuat pembukuan yang sederhana tetapi tidak mencampuradukkan keuangan proibadi dengan usaha, dan melakukannya secara teratur dalam setiap periode tertentu.
4.   Kemudian juga harus membuat pemisahan yang tegas antara asset pribadi dengan asset usaha, yang
      dimulai dengan mengidentifikasi dengan tegas batas antara asset pribadi dan asset usaha.
5    Selanjutnya juga mengidentifikasi aset tidak berwujud yaitu sekumpulan sifat dan sikap yang berkualitas
      dan kompetensi serta kreatifitas dimiliki oleh SDM, good will sebuah produk atau jasa, relasi personal   
      yang baik,  yang kemudian dikembangkan dan diasah sehingga menjadi lebih berkualitas.
6.   Salah satu keunggulan yang menonjol yang dimiliki oleh UMKM adalah kemampuannya yang fleksibel
     dan adaptif terhadap perubahan-perubahan yang apabila itu terjadi pada usaha besar akan   
     mendatangkan  kesulitan. Contoh dalam pemilihan lokasi dan jalur distribusi bagi UMKM lebih fleksibel 
     dan adaptatif disbandingkan dengan usaha besar.
7.  Membangun relasi yang baik dengan pemasok untuk usaha kita dan kemudian memilih pemasok yang   
     dapat dipercaya dengan terlebih dahulu membuat sebuah kriteria yang tegas atau standar yang tegas  
     untuk menentukannya.
8.  Dalam membangun usaha, Bpk Sudhamek mengatakan bahwa kita harus melakukannya secara intensif,   
     fokus, dan konsisten dengan nilai-nilai yang dipegang. Dengan demikian akan diketahui prioritas-prioritas 
     yang akan dikerjakan dan dikembangkan secara terus-menerus.
9.  Yang terakhir, dalam mengembangkan usaha kita tidak boleh berhenti, tetapi justru berusaha mencari   
     jalan keluar dengan sungguh-sungguh, dan mencoba terus sehingga di balik sebuah masalah dapat  
    diciptakan sebuah peluang yang justru batu loncatan bagi pengembangan usaha. Bpk Antonius Tanan  
    mengemukakan sebuah contoh usaha kecil Pak Joko yang justru menemukan peluang di balik masalah.  
    Pak Antonius memberi tips praktis yaitu ABBA (Amati, Bertanya, Berdisukusi, dan Analisa).

Selamat menggali dan mengelola resources yang ada pada kita! Salam entrepreneur!

Minggu, 09 Maret 2014

Refleksi Minggu 2

Refleksi Strategy to Grow

Memasuki materi minggu kedua ini saya mendapatkan beberapa point penting agar usaha dapat bertumbuh - bertumbuh 100 kali bangkan lebih - scale up, yaitu:
1. Setia dan bertekun mulai dari hal yang kecil, teguh dan sungguh-sungguh mengembangkan dari awal.
2. Dapat membangun kepercayaan dari pihak lain, bisa partner bisnis bisa juga dari costumer.
3. Setia, tekun, sungguh-sungguh serta dapat dipercaya akan diikuti oleh pintu-pintu yang terbuka yang akan melipagandakan usaha.
4. Dalam membangun usaha yang suntainable, tidak boleh berpikir hanya pada profit tetapi jauh lebih dari itu adalah harus berfaedah bagi semua stakeholder karena bisnis merupakan sebuah network (jejaring) artinya bisnis tidak dapat berdiri sendiri tanpa pemasok, pekerja, dan pelanggan.
5. Dalam start up dan scale up harus tahu medan pertempuran bisnisnya (tantangan-tantangannya) dan juga harus tahu bisnis where is the better future-nya.
6. Agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan, sebuah usaha harus terus berinovasi untuk menciptakan nilai tambah bagi pelanggan, yang disebut sebagai differentiation.
7. Dalam scale up jangan monoton pada bisnis model tertentu, tetapi harus mencoba model bisnis yang baru yang dapat menjadi batu loncatan besar dalam perkembangan usaha, kuncinya melihat peluang untuk bermitra dengan pihak yang tepat.
8. Dalam scale up ada tiga tantangan yang harus dikuasai, yaitu akses kepada SDM yang well qualified, akses kepada market, dan akses kepada modal; ketika ketiga tantangan ini bisa diatasi dan dimenangkan, maka scale up pasti sukses.
9.Dalam scale up hal lain yang sangat strategis adalah membangun kompetensi seluruh insan perusahaan, karena persaingan yang terjadi dalam dunia bisnis yang semakin ketat adalah persaingan kompetensi, bukan persaingan barang atau jasa; sehingga agar usaha dapat mengalami scale up yang mantap maka perlu membangun budaya perusahaan dengan mengelola knowledge.
10. Dalam scale up setiap usaha harus mencari informasi, inspirasi, dan kemudian inovasi dari pelanggan; setiap masalah adalah peluang, dengan demikian dibutuhkan solusi kreatif dan inovatif dengan memperhitungkan dan mengelola risiko yang mungkin terjadi.
11. Sama seperti makhluk hidup, setiap usaha juga punya siklus hidup. Agar usaha suntainable maka strategi pada setiap tahapan pertumbuhan tidak boleh dipukul rata, tetapi harus memperhatikan karakteristik pertumbuhannya masing-masing, supaya risiko yang mungkin terjadi dapat dikelola dan dikendalikan.

Demikian beberapa point refleksi materi Strategi to Grow. Salam Entrepreneur!

Sabtu, 01 Maret 2014

Growth Mindset & Kesungguhan 24 Karat



Jurnal refleksi pribadi Minggu 1

Dari pembelajaran minggu 1 tentang Growth Mindset ada beberapa point yang sangat berkesan dan menjadi insight bagi saya:

Pertama, bahwa akar atau pusat dari pertumbuhan dimulai dair mindset. Selama ini saya sudah paham bahwa seseorang dapat berubah apabila ia berubah dahulu dalam hal pemikirannya. Ketika perubahan pikiran atau mindset ini dikaitkan dengan pertumbuhan usaha, pemahaman saya lebih mendasar dan mendalam bahwa tanpa perubahan mindset atau memiliki mindset bertumbuh maka sulit atau tidak dapat bertumbuh. Ternyata dalam mindset ada yang bersifat fixed dan ada yang growth mindset. Wah saya semakin mengerti lagi setelah mendapat penjelasan dari Pak Ciputra, Pak Antonius dan Pak Nur Agustinus.
Kedua, apa yang disampaikan oleh Pak Dahlan Iskan, tentang memulai usaha dan mengerjakannya dengan “sungguh-sungguh”. Pak Dhalan memberikan penekanan pada kata “sungguh-sungguh” seperti tingkatan emas, ada yang 24 karat, 22 karat, 20 karat, dan 18 karat. Kalau memulai usaha dan mengerjakan usaha dengan kesungguhan 18 karat tentu tidak akan berhasil, demikian juga dengan kesungguhan 20 karat dan 22 karat, mungkin bisa berjalan sedikit tetapi belum maksimal. Ketika seseorang mengerjakan usaha dengan kesungguhan 24 karat pasti berhasil. Sering kali kita sudah mengatakan memulai dan berusaha dengan sungguh-sungguh tetapi gagal. Kemungkinan kesungguhan yang demikian belum 24 karat. Kesungguhan 24 karat, pastilah berhasil.

Demikian releksi saya dari pembelajaran minggu 1. Salam Entrepreneur!

D. Franklyn Purba