PENGAMATAN
PRACTICE OF HYGIENIC PRACTICES SUSU
SEGAR
DI
KUD GEMAH RIPAH DESA SUKALARANG SUKABUMI
MAKALAH PRESENTASI
MK GOOD MANUFACTURING PRACTICES
OLEH:
DREITSOHN
FRANKLYN PURBA
F
252 100 155
DEPARTEMEN ILMU & TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENGAMATAN
PRACTICE OF HYGIENIC PRACTICES SUSU
SEGAR
DI
KUD GEMAH RIPAH DESA SUKALARANG SUKABUMI
PENDAHULUAN
Susu dan produk susu merupakan bahan
pangan yang kaya akan nutrisi bagi manusia di berbagai negara dan perdagangan
internasional susu adalah signifikan. Penerapan praktik hygiene pada susu dan
produk susu adalah untuk memastikan keamanan dan kelayakan susu dan produk susu
untuk melindungi kesehatan konsumen dan memfalitisasi perdagangan.
Semua produk pangan memiliki potensi
menyebabkan foodborne illness, termasuk
susu serta produk olahannya. Ternak penghasil susu seperti sapi bisa jadi
membawa penyakit. Lebih jauh lagi, prosedur pemerahan, khususnya dalam
pengumpulan dan penyimpanan dapat membawa risiko yang lebih jauh bagi manusia terkait
pertumbuhan pathogen. Komposisi susu dan produk susu merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan mikroorganisme pathogen. Selain itu, potensi kontaminasi
residu obat untuk ternak, pestisida dan kontaminasi kimia terhadap susu dan
produknya cukup mungkin terjadi.
Sehubungan dengan sifat susu dan
produk susu yang memiliki risiko terhadap kontaminasi, maka implementasi
pengendalian higien dari susu dan produk susu sepanjang rantai penanganan pangan
adalah esensial untuk memastikan keamanan dan kelayakan bagi konsumen. Tujuan
dari pedoman dan praktik higien dan sanitasi adalah agar pihak-pihak
berkepentingan, seperti peternak, pengelola koperasi pengumpul susu, industri
pengolahan susu, dan pemerintah, dapat memastikan tingkat perlindungan
kesehatan masyarakat akan susu dan produknya dapat tercapai. Tujuan lain yang
sangat penting adalah mencegah kondisi praktik tidak higien dalam produksi,
pengolahan, dan penanganan susu dan produk susu, mengigat susu dan produk susu memiliki
porsi yang sangat besar dalam pangan masyarakat, khususnya bayi, anak-anak, ibu
hami dan ibu menyusui.
Dalam rangka memahami dari dekat
praktik higien dan sanitasi dalam penanganan produk segar, penulis melakukan
observasi terhadap penanganan segar susu di KUD Gemah Ripah dan Kelompok Tani
(Gapoktan) Sulanjana Cikadu di Desa Sukalarang, Kecamatan Sukalarang, Kab.
Sukabumi pada tanggal 27 Oktober 2011 yang lalu. Pengamatan (observasi)
dilakukan untuk melihat sejauh mana penerapan praktik higien telah dilakukan. Pengamatan
dilakukan dengan pendekatan gap analysis
yang mengacu pada Code of Hygienic
Practice for Milk and Milk Products CAC/RCP 57-2004.
PENGAMATAN
KUD Gemah Ripah merupakan salah satu
tempat penampungan susu di Desa Sukalarang, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten
Sukabumi. KUD Gemah Ripah memasok susu ke industri pengolahan susu, antara lain
ke produsen minuman probiotik Vitacharm, PT Indoeskrim, dan PT Keju Natural di
Bukit Baros Sukabumi. Total sapi laktasi yang dikelola oleh KUD Gemah Ripah
tahun 2010 berjumlah 771 ekor. Jumlah produksi susu dari 771 ekor sapi laktasi
tersebut mencapai 2.631.421 liter. Bila dirata-ratakan maka produksi susu sapi
laktasi adalah 9,35 liter/ekor. Angka rata-rata produksi sapi perah dari 11
Kelompok Tani yang dikelola KUD Gemah Ripah belum mencapai criteria
produktivitas sapi perah yang baik, yaitu 15-20 liter/ekor.
CAKUPAN
PENGAMATAN
Setiap peternak bekerja secara
mandiri tetapi tergabung dalam kelompok. Kendala dan masalah-masalah yang
dihadapi di dalam pemeliharaan ternak sapi perah akan dibahas dalam kelompok
agar solusi dipecahkan bersama. Pembinaan dan penyuluhan dari Industri
Pengolahan Susu serta Dinas Peternakan berbasis pada kelompok atau gabungan
kelompok. hal ini dilakukan untuk demi efektiitas pembinanaan dan penyuluhan
itu sendiri.
Penanganan susu dan pengolahan susu
menjadi produk susu memiliki rantai penangan yang cukup panjang. Tahap pertama
penanganan adalah di tingkat peternak sapi perah. Aktivitas pemerahan yang
dilakukan di tingkat peternak antara lain prapemerahan, pemerahan dan
pengangkutan hasil perahan ke KUD Gemah Ripah. Prapemerahan biasanya mencakup
pemeriksaan kesehatan atau identifikasi sapi dan status kesehatannya. Sapi yang
sakit atau sedang dalam pengobatan tidak diizinkan untuk diperah karena
berimplikasi langsung pada kualitas susu dan risiko penularan penyakit. Sapi
yang diperah adalah sapi yang telah dipastikan sehat.
Sebelum diperah kandang dan sapi
harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air sampai bersih. Pemerahan dilakukan
sendiri oleh peternak. Sebelum diperah, ambing sapi dibersihkan lagi dengan air
hangat sambil dipijat-pijat. Wadah yang digunakan selama pemerahan adalah ember
bekas cat yang sudah dibersihkan. Pengumpulan susu ke KUD Gemah Ripah dibawa
dengan wadah can bervolume 20 liter
dan atau 40 liter dan diangkut dengan motor atau mobil pickup. Wadah can terbuat
dari aluminium yang cukup tebal dan membantu menurunkan suhu susu relative
tetap dingin karena suhu wadah rendah.
Tahap pengumpulan di KUD Gemah Ripah
dimulai dengan bongkar muat can.
Sebelum diterima, susu dari tiap can
diuji terlebih dahulu. Jenis uji yang dilakukan antara lain adalah uji kerusakan
susu (secara visual), uji berat jenis, kadar fat, SNF dan kadar protein. Uji kerusakan
dilakukan dengan test gun, yaitu
sejenis alat menyerupai pistol. Corong/larasnya berfungsi untuk mengambil susu
dengan mencelupkannya ke dalam susu dalam can.
Pada gagang/pegangan alat ini diisi alkohol 70 persen, dan persis di belakang
corong terdapat tabung kaca untuk menampung susu hasil uji. Proses uji
dilakukan dengan menggoncang-goncangkan test
gun tersebut beberapa saat, kemudian corong diarahkan ke atas, cairan
susu-alkohol akan tertampung di tabung gelas bagian belakang corong/larasnya.
Apabila susu menggumpal dan menempel pada dinding dalam bentuk butiran-butiran
kecil, maka susu dinyatakan sudah rusak. Susu yang sudah rusak akan ditolak.
Susu yang lolos uji kerusakan ini kemudian dilanjutkan dengan uji berat jenis. Uji
berat jenis dilakukan bersamaan dengan uji fat, uji SNF, dan kadar protein
dengan satu alat sekaligus. Setelah tahap uji, susu dimasukkan ke dalam tanki
pendingin melalui corong besar yang terbuat dari stainless steel yang dilengkapi dengan kain saring. Proses
pendinginan dilakukan dengan alat khusus selama setengah hari. Susu yang sudah
dingin, dimasukkan ke dalam truk tanki dengan bantuan pompa bermesin.
Tahap terakhir (tidak diamati
penulis) adalah proses pengangkutan ke industri pengolahan susu (IPS) di
Jakarta dan sekitarnya. Di IPS susu ditampung kemudian disaring, di-homogenize dengan alat homogenizer, dan selanjutnya disterilisasi.
Proses berikutnya adalah filling
(susu cair kemasan) dan atau drying dengan teknik spray drying. Pengemasan dilakukan dengan teknik pengemasan aseptik.
Setelah dikemas produk susu disimpan sementara di IPS dan selanjutnya
didistribusikan.
HASIL
PENGAMATAN DAN GAP ANALYSIS
Gap
analysis mengacu pada Code of
Hygienic Practice for Milk and Milk Products CAC/RCP 57-2004.
1. Environmental
Hygiene
- Water and other
environmental factors should be managed in a way that minimizes the
potential for the transmission, directly or indirectly, of hazards into
the milk.
- Air yang digunakan dalam praktik higien dan
sanitasi di KUD Gemah Ripah adalah air bersih dari sumur pompa.
2.
Hygienic
production of milk
a)
Areas
and premises for milk production
§ Areas including premises used for
the production of milk should be designed, situated, maintained and, to the
extent practicable, used in a manner that minimizes the introduction of hazards
into milk.
§ Area KUD Gemah Ripah dan Gapoktan Sulanjana Cikadu
beserta lokasi peternakan berada di daerah pegunungan dan jauh dari area permukiman.
§ KUD Gemah Ripah dan Gapoktan Sulanjana Cikadu
berada di wilayang Desa Sukalarang Kec.
Sukalarang, Kab. Sukabumi.
§ Peralatan yang digunakan di peternakan dan di
penampungan susu secara umum masih konvensional. Kecuali untuk alat pendinginan
susu sudah cukup modern.
b)
Animal
health
§ The health status of milking
animals and herds should be managed in a manner that addresses the hazards of
concern for human health.
§ Milk should come from animals in
good health so that, considering the end use, it does not adversely affect the
safety and suitability of the end product.
§ Di KUD Gemah Ripah dan Gapoktan Sulanjana Cikadu
secara periodic dikunjungi oleh dokter hewan dari Dinas Peternakan Propinsi
Jawa Barat.
§ Selain pemeriksaan rutin, dokter hewan juga menerima
pengaduan dari peternak secara langsung (bertatap muka) maupun melalui alat
komunikasi berkaitan dengan status kesehatan sapi perah yang dipelihara.
§ Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Barat secara rutin memberikan penyuluhan tentang
kesehatan ternak dan menggunakan media seperti poster, untuk memberikan
informasi kepada peternak tentang penanganan
dan indikasi ternak yang tertular penyakit tertentu.
3.
General
hygienic practice
a)
Feeding
§ With consideration given to the end
use of the milk, forage and feed for lactating animals should not introduce,
directly or indirectly, contaminants into milk in amounts that present an
unacceptable health risk to the consumer or adversely affect the suitability of
milk or milk products.
§ Di kelompok peternak, pakan yang diberikan adalah
rumput gajah (dicacah) dan konsentrat untuk asupan mineral. Rumput ditanam di
sekitar peternakan pada lahan bekas sawah dan terbebas dari limbah kimia atau
pabrik. Rumput tidak disemprot dengan pestisida dan tidak menggunakan pupuk
kimia, tetapi dengan pupuk kandang. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat
yang umum digunakan dan diawasi penggunaannya oleh penyuluh peternakan.
b)
Pest
control
§ Pests should be controlled, and in
a way that does not result in unacceptable levels of residues, such as
pesticides, in the milk.
§ Di area peternakan tidak terlihat ada pest
control (program pengendalian hama), tetapi pada dinding KUD Gemah Ripah ventilasi
dilengkapi dengan ram kawat yang rapat dapat mencegah serangga yang terbang dan
burung masuk.
§ Gedung KUD Gemah Ripah berada dekat dengan
persawahan, sehingga ada kemungkinan hama seperti tikus dan kecoa akan masuk ke
area KUD.
c)
Veterinary
drugs
§ Animals should only be treated with
veterinary drugs authorized by the competent authority for the specific use and
in a manner that will not adversely impact on the safety and suitability of the
milk, including adherence to the withdrawal period specified.
§ KUD Gemah Ripah dan Gapoktan Sulanjana Cikadu
memperoleh pembinaan dari Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat melalui penyuluh
teknis peternakan dan dokter hewan. Secara rutin dokter hewan memeriksa kondisi
kesehatan ternak sapi. Pengobatan oleh dokter hewan terhadap sapi yang sakit
umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotic. Ternak yang sedang mendapat
pengobatan diberi tanda dan diberi keterangan tidak boleh diperah (diambil
susu).
d)
Hygienic
milking
§ Milking should be carried out in
such a manner that minimizes
contamination of the milk being produced.
§ Pemerahan sapi dilakukan pada pagi hari (pukul
05.00-06.00) dan sore hari (pukul 15.00 – 16.00) oleh peternak. Praktik yang
dilakukan sebelum pemerahan adalah pembersihan kandang dan pemandian sapi. Pada
saat pemerahan ambing dilap dan dibilas dengan air hangat. Wadah yang untuk
menampung perahan adalah wadah plastik putih bekas cat. Bahan wadah yang
digunakan seharusnya adalah stainless steel.
e)
Handling,
storage and transport of milk
§ With consideration given to the end
use of the milk, handling, storage and transport of milk should be conducted in
a manner that will avoid contamination and minimize any increase in the
microbiological load of milk.
§ Penanganan dan pengangkutan ke KUD Gemah Ripah
hanya mengandalkan suhu wadah can yang rendah untuk membantu
memperlambat pertumbuhan mikroba pada susu.
f)
Milking
equipment
§ Milking equipment should be
designed, constructed, installed,
maintained and used in a manner that will avoid the introduction of
contaminants into milk.
§ Proses pemerahan yang dilakukan pada sapi di
tingkat peternak masih konvensional, belum menggunakan alat pemerah otomatis. Can
dan alat penyaring susu hasil perahan dibersihkan seadanya. Hasil pengamatan
yang dilakukan penulis, pada saringan terdapat kotoran antara lain serat pakan
dan tanah. Kemungkinan besar terjadi kontaminasi dari sisa pakan dan tanah.
g)
Storage
equipment
§ Milk storage tanks and cans should
be designed, constructed, maintained and used in a manner that will avoid the
introduction of contaminants into milk and minimize the growth of
micro-organisms in milk.
§ Sebelum dimasukkan ke tangki dan dikirim ke IPS,
susu yang baru datang dimasukkan ke alat pendingin melalui corong besar yang
diberi kain saring yang dipakai berulang. Kemungkinan besar kontaminasi masih
terjadi pada tahap pengumpulan di KUD Gemah Ripah ini.
§ Premises for the storage of milk
and milking-related equipment should be situated, designed, constructed,
maintained and used in a manner that avoids the introduction of contaminants
into milk.
§ Alat pendingin terdiri dari 4 buah tangki besar
yang berfungsi mendinginkan susu yang dikumpulkan. Pada tangki terakhir susu
diharapkan sudah mencapai suhu 1-1.5oC, kemudian dimasukkan ke dalam
truk bertangki. Waktu pendinginan susu berlangsung selama ½ hari kemudian
setelah dingin susu diantar ke IPS pada sore hari.
h)
Collection,
transport and delivery procedures and equipment
§ Milk should be collected,
transported and delivered without undue delay, and in a manner that avoids the
introduction of contaminants into milk and minimizes the growth of
micro-organisms in the milk.
§ Susu yang telah didinginkan ditransportasikan ke
IPS dalam kondisi dingin. Tidak ada alat pendingin, tetapi tangki pada truk
didesain dengan bahan yang memiliki suhu rendah, yaitu stainless steel, dengan
demikian dapat membantu untuk mempertahankan suhu susu tetap rendah selama
pengangkutan ke IPS. Proses pengangkutan terkendala oleh jarak dan kepadatan
jalan raya. Ada kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme terjadi selama
pengangkutan ke IPS.
i)
Documentation
and record keeping
§ Records should be kept, as
necessary, to enhance the ability to verify the effectiveness of the control
systems.
§ Kegiatan yang didokumentasikan masih bersifat umum,
yaitu kondisi kesehatan ternak, volume hasil perahan dan nama peternak.
Kegiatan yang lebih detail seperti pembersihan kandang dan sapi, dan penggunaan
air, wadah penampung hasil perahan dan kain saring serta identitas pemerah dan
aktivitas pemerahan, belum terdokumentasi dengan baik. Dokumentasi bersifat
umum ini disimpan di Kantor Gapoktan Sulanjana Cikadu.
4.
Establishment:
design and facilities
a)
Equipment
§ Equipment should be designed and
installed such that as far as possible dead ends or dead spots in milk
pipelines do not occur.
§ Bangunan KUD Gemah Ripah terbuat dar beton, atap
dari asbes tebal dengan rangka besi ringan, terdapat ram kawat pada ventilasi,
lantai dari keramik berwarna putih. Bangunan didesain khusus untuk tempat
pengumpulan susu.
§ Kelemahan yang ditemukan pada saat pengamatan,
antara lain: pada atap dan lampu masih banyak terdapat jaring laba-laba, antara
dinding dan lantai tidak landai tetapi siku sehingga menyulitkan dalam
pembersihan.
b)
Establishment:
personal hygiene
§ Di KUD Gemah Ripah tidak terlihat ada tempat
mencuci tangan, tetapi ada kamar mandi dan selang air dekat penerimaan susu.
§ Di tingkat peternak tidak ada kebijakan agar
peternak membersihkan diri terlebih dulu (mandi) sebelum memerah sapi, yang ada
adalah kandang dan sapi harus dibersihkan sebelum diperah.
5.
Control
of operation: key aspects of hygiene control systems
a)
Incoming
milk
§ When arriving at the dairy plant,
and provided that further processing does not allow otherwise, the milk should
be cooled and maintained at such temperatures as necessary to minimize any
increase of the microbial load of the milk.
§ Penerimaan susu di KUD
Gemah Ripah dimulai dengan pengujian mutu susu. Hal pertama yang dilakukan
adalah uji kerusakan susu menggunakan test gun. Bila
hasil test gun memperlihatkan adanya butiran-butiran menempel di dinding tabung
kaca, berarti susu sudah rusak, sebaliknya bila tidak ada butiran-butiran maka
susu dinyatakan masih bagus dan diterima. Alat yang sama digunakan untuk menguji
mutu susu pasca pendinginan dengan menggunakan alkohol 80%.
§ Uji
berikutnya adalah berat jenis, fat,
protein, dan kadar air. Keempat pengujian dilakukan bersamaan dalam satu alat.
Alat yang digunakan adalah lactometer. Di KUD Gemah ripah terdapat 3
laktometer. Dua diantaranya adalah LAKTAN
1-4 dan satu lagi adalah MILKANA
MULTITEST. Alat yang masih berfungsi hanya satu yaitu LAKTAN 1-4. Kondisi ini menyebabkan tidak ada pembanding hasil
pengukuran aatau pengujian, sehingga keakuratannya tidak dapat dipastikan.
§ Hasil
pengukuran rata-rata pada susu adalah sebagai berikut:
o
Kadar fat pada pagi hari rata-rata 3.6 dan sore hari 4.0 – 4.3.
o
Berat jenis pada pengukuran pagi hari
1.25 dan pada sore hari 1.22. Standar mutu berada pada kisaran 1.26 – 1.32.
o
Kadar SNF (solid nonfat) pada
pagi hari 7.80% dan sore hari 6.02%.
o
Kadar protein pada pengukuran pagi hari 2.85
dan sore hari tidak ada data.
§ Di tingkat KUD tidak ada
uji mikroorganisme.
§ Spesifikasi yang
ditetapka oleh IPS antara lain:
o
Diamond :
TS (total solid) yang diminta adalah 11.7
– 11.8%.
o
Vitacharm : kadar fat yang diminta adalah 4.1%.
o
Keju Natural : TS (total solid) yang diminta tidak ada data.
b)
Maintenance
and Sanitation: maintenance and cleaning
§ Processing areas should be kept as
dry as possible.
§ Cleaning programmes: a routine
programme to verify the adequacy of cleaning should be in place.
§ Perawatan kebersihan yang dilakukan di KUD Gemah
Ripah antara lain: Lantai dibersihkan dengan pembersih lantai (Wipol). Air
yang digunakan ditambahkan dengan kaporit sebagai desinfektan. Takarannya
adalah 1 kg kaporit dalam 200 liter. Air berkaporit ini digunakan untuk
membersihkan selang. Untuk membersihkan kerak pada can, pipa dan selang
digunakan soda api yang dicampur dengan air hangat. Cara pembersihan adalah
dengan mensirkulasikan campuran air dan soda api dalam selang dan pipa selama 2
menit, kemudian dibersihkan dengan air bersih.
KESIMPULAN
1. Mengacu
pada Code of Hygienic Practice for Milk
and Milk Products CAC/RCP 57-2004, existing handling practices (GMP/GHP) di KUD Gemah Ripah terdapat gap yang
cukup besar.
2. Secara
umum praktik higien dan sanitasi sudah dilakukan, tetapi tidak seketat dan
sedetail regulasi atau pedoman yang berlaku, dalam hal ini mengacu pada Code of Hygienic Practice yang dikeluarakan
oleh CAC.
3. Semua
line dan area membutuhkan penyempurnaan dalam praktik higien dan sanitasi.
4. Aktivitas
yang sangat kritikal untuk diperhatikan KUD Gemah Ripah adalah pengendalian
proses. Hal ini terkait erat dengan kondisi alat pengujian dan alat control proses, sebagian tidak
berfungsi.
TRACEABILITY
Traceability
pada proses pengumpulan susu dari peternak dapat dilakukan dengan tracing (menelusuri ke belekang). Apabila
semua aktivitas sepanjang rantai penangan susu didokumentasikan dengan detail,
maka traceability terhadap susu produksi KUD Gemh Ripah dan Gapoktan Sulanjana
Cikadu dapat dilakukan. Sejauh ini pendataan atau pendokumentasian baru
meliputi data hasil seperti berat jenis, kadar fat, kadar protein, kadar SNF dan kadar air susu dari setiap
kelompok dan peternak. Susu yang tidak memenuhi syarat tidak akan diterima.
Ternak sudah memiliki identitas. Identitas ini
selain untuk kepentingan breeding, juga dapat digunakan sebagai alat
untuk mendata sapi yang sakit. Identitas juga menunjukkan sapi mana saja yang
dapat diperah dan sapi yang tidak boleh diperah. Ternak yang sakit tidak
diijinkan untuk diperah sebelum sembuh dan ditangani oleh dokter hewan. Ternak
yang sedang mendapat pengobatan seperti antibiotik dicatat oleh kelompok
masing-masing sampai ke nama peternak (anggota kelompoknya). Dokumentasinya
hanya dicatat sementara di papan tulis, secara detail bisa ditelusuri dalam dokumen
dokter hewan yang bertugas. Untuk kepentingan traceability, data ini belum cukup memadai, misalnya asal penularan
dan penyebab penyakit sulit diidentifikasi.
Kendala yang dihadapi dalam
pengangkutan susu adalah jarak antara KUD Gemah Ripah ke IPS cukup jauh, waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut susu cukup lama. Kesulitan traceability apabila tidak ada alat ukur atau test kit bagi supir untuk memastikan kondisi susu dalam tangki.
Sehingga kalaupun di-trace akan
menghadapi kendala
Keuntungan traceability bagi
pemerintah adalah:
1. Keamanan
pangan: sapi yang sedang sakit tidak dijinkan untuk diperah sudah dipraktikkan.
2. Pengendalian
penyakit seperti brucelosis dapat dicegah.
PUSTAKA
[CAC] Codex
Alimentarius Commission. 2004. Code of
Hygienic Practice for Milk and Milk
Products CAC/RCP 57-2004.
Nuraida, Lilis.
2011. Good Practices dalam Rantai
Pangan: Traceability Systems to Assure Food Safety. Modul Kuliah
Program Magister Profesi Teknnologi
Pangan SPs-IPB.